Selamat Datang Di Blog Ulun Disini Wadah Ulun Bebagi Pengetahuan

Selasa, 08 Februari 2011

aku menjual jimat demi membangun pondok pesantren

Setelah menempuh perjalanan yang panjang dan melelahkan hampir 3 jam lamanya sengan berkendaraan bermotor dari kota palembang. Akhirnya koresponden majalah ghoib tiba di desa Kemang Indah, Mesuji OKI. Perjalanan masih harus ditempuh 18 km lagi melewati jalan becek dan sempit untuk sampai di Pesantren Darul Falah Es Salafy. Waktu menunjukkan pukul 20.25 wib, ditengah udara yang sejuk dan hujan rintik-rintik koresponden Majalah Ghoib berbincang dengan Mudir Pondok Pesantren Darul Falah Es Salafy.

Berikut selengkapnya :
Dulu waktu di temanggung saya menuntut ilmu disebuah pondok pesantren untuk mencari ilmu agama. Sebagaimana layaknya pesantren –pesantren di jawa, kami diajarkan ilmu-ilmu syari’ah dan juga aqidah. Akan tetapi, banyak diantara para santri (termasuk saya) yang juga mencari ilmu-ilmu lain di luar pesantren tanpa sepengetahuan kyai. Diantara ilmu-ilmu yang sempat saya pelajari ketika itu ialah: ilmu kebal, ilmu tenaga dalam dan ilmu laduni. Ilmu-ilmu tersebut biasa kami sebut dengan ilmu hikmah.

Ilmu hikmah adalah ilmu yang diraih dengan melakukan ritual-ritual tertentu seperti puasa; puasa ngesrep (mutih) dan puasa ngebleng (tidak makan, tidak minum, tidak bicara dan tidak berada didalam rumah). Dan khusus untuk ilmu laduni (ilmu yang dianggap berasal dari Allah melalui Nabi Khidir as. Tanpa melalui proses yang payah. Tujuannya adalah untuk mempercepat daya ingat dan daya tangkap serta dapat dicapai dengan mengamalkan wirid: “Robbi Zidni ‘ilma war zugni fahma” berulang-ulang sambil berpuasa ngebleng.

Selain itu, saya juga berguru di cirebon. Disana umumnya yang dating adalah pak kyai yang ingin buka pesantren. Kami diberikan amalan-amalan wirid dengan berpuasa ngesrep serta tidak tidur sepanjang malam. (sambil tersenyum, kyai suhaimy mengenang suatu kejadian ketika sedang melakukan wirid dia tertidur. Oleh pak kyai dihukum dengan menambah jumlah bilangan wiridnya). Amalan-amalan wirid diberikan dengan menggunakan sistem paket. Misalnya paket 7 hari, 21 hari, 41 hari, 105 hari yang semuanya ditentukan oleh pihak pesantren. Dan kami hanya boleh berbuka serta sahur dengan makan nasi putih 1 kepal ditambah dengan air 1 botol.

Begitulah pencarian saya terhadap ilmu-ilmu perdukunan. Sepanjang pulau jawa telah saya rambah. Dari madura hingga banten saya sambangi untuk mencari ilmu klenik.

Tapi, (beliau diam sejenak) ternyata semua yang saya inginkan tidak terbukti sama sekali. Sontoh olmu laduni yang katanya bisa mempercepat daya tangkap. Ya, sama sekali gak terbukti.

Tetapi saya berhasil mendapatkan jimat-jimat. Itu saya peroleh ketika saya mengabdi di pesantren di Temanggung. (istilah mengabdi adalah pengabdian seorang santri yang telah lulus dari pesantren dengan mengajar di pesantren yang biasanya tanpa diberi imbalan/gaji. Jimat-jimat tersebut saya dapat dengan mewiridkan Hizb Asror. Ketika saya membacakan wirid-wirid asror, tiba-tiba jimat-jimat itu datang kepada saya secara ghaib. Seperti batu akik anti cukur dan anti tembak, pundi emas, batk bolu (tempurung kelapa berlubang 3), cundrik (keris), besi kuning keong buntet. Jimat-jimat itu seperti tunduk kepada saya. Karena datang sendirinya. Dan datangnya pada waktu kapanpun tidak peduli sedang pengajian. Seperti yang pernah terjadi pada saat saya sedang mengajar pengajian murid saya. Tiba-tiba ”pluk...” sebuah benda jatuh dihadapan saya. Untungnya para murid tidak ada satupun yang melihatnya. Hanya saya yang bisa melihatnya. Setelah itu saya ambil dan saya uji coba dirumah untuk mengetahui kesaktian dan fungsinya.

Masyarakat sekitar sudah tahu akan kesaktian jimat-jimat itu. Dan saya juga langsung membuktikannya sendiri dihadapan masyarakat. Contoh batu akik itu, saya masukkan kedalam gelas yang berisi air, kemudian saya tembak dengan senapan angin ternyata gelas tersebut tidak pecah. Dan banyak lagi jimat-jimat lain yang memiliki kekuatan yang telah saya uji dihadapan umum, meskipun demikian, saya merasa tertipu dengan jimat-jimat pemberian jin itu.

Ternyata semua itu hanya tipuan semata yang dilakukan oleh jin untuk memperdaya manusia. Buktinya jimat anti kebal saya hanya bisa bertahan pada tembakan pertama dan kedua saja. Pada tembakan ketiga dan seterusnya gelas itu menjadi pecah. Kemudian pundi emas seberat ¼ Kg yang saya terima secara ghaib itu pernah ada seorang pengusaha yang akan membelinya. Saat itu dia menawar harga Rp. 300.000,- per-gramnya. Pertama kali dia datang melihat benar-benar asli dan sudah diujinya. Pada kali kedua dia datang lagi dengan sekalian membawa uang dalam koper. Tapi, lagi-lagi syetan itu menipu. Tiba-tiba kadar emasnya susut menjadi 40 %. Nah.....disitulah saya merasa ditipu habis-habisan oleh jin. Pembeli itu pun gagal membeli. Sebenarnya, awalnya saya sendiri tidak pernah punya keinginan untuk menggunakan jimat-jimat itu apa lagi mempercayainya. Motivasi saya waktu itu hanya satu saja, yaitu bagaimana saya mendapatkan uang sebanyak-banyaknya untuk membangun pesantren. Ide ini muncul ketika saya menjadi santri pengabdian di Temanggung. Selain mengajar di pesantren, saya juga membuka pengajian di rumah. Santri yang awalnya cuma sedikit, lama kelamaan bertambah banyak. Saya perlu tempat yang lebih luas. Dari situlah muncul keinginan untuk membuka pesantren sendiri. Dari keinginan tersebut, saya coba amalkan wirid Hizb Asror untuk mendapatkan jimat-jimat dengan tujuan untuk dijual dan uangnya untuk membangun pesantren. Pembeli beragam, mulai dari pengusaha, pejabat ataupun orang biasa. Tapi akhirnya, tidak ada satupun yang menjadi uang karena saya tertipu oleh akal-akalannya jin.

Suap dari jin sebesar USS 1 juta

Setelah saya merasa berkali-kali tertipu oleh jin, saya memutuskan untuk tidak lagi mengamalkan Hizb Asror tersebut. Lebih kurang satu bulan kemudian saya mengalami kejadian yang aneh. Seperti biasanya ketika adzan subuh saya bergegas kemasjid untuk melaksanakan shalat shubuh. Ada kegiatan rutin setelah shalat shubuh selesai. Yaitu memberikan taklim (pengajian) kepada masyarakat.

Tapi pagi itu berbeda. Ada yang janggal. Selepas saya memberikan taklim dan para jamaah bubar, tiba-tiba ada orang azan lagi. Saya lihat, jamaah yang telah bubar tadi datang lagi untuk shalat dan ikut pengajian. Rupanya yang kedua inilah yang benar-benar jamaah saya. Saya jadi berpikir, jadi jamaah yang pertama itu siapa ......? Rasa heran dan penasaran saya tersebut tidak saya beritahukan kepada para jamaah, khawatir nanti mereka ketakutan. Satu jam berlalu selepas saya memberikan taklim kedua, saya pulang kerumah.

Sesampainya dirumah saya kedatangan 2 orang tamu yang pernah saya lihat pada taklim yang pertama. Tanpa banyak ngobrol dan bicara, kedua tamu saya tersebut memberikan amplop yang berisi uang katanya untuk membangun pesantren. Berbunga-bunga hati saya menerima amplop tersebut. Terbayang segala impian saya selama ini menjadi kenyataan. Setelah kedua orang tamu itu permisi untuk pulang. Saya buka amplopnya bukan main terkejutnya saya, ketika tahu isi amplop itu senilai 1 juta US Dollar berikut sertifikat uang tersebut. Saya kejar kedua tamu itu untuk menanyakan uang tersebut, kalau-kalau mereka salah alamat namun keduanya menghilang entah kemana. Padahal secara logika, seharusnya mereka masih bisa dikejar. Tapi mereka hilang begitu saja. Misterius.
Akhirnya saya putuskan untuk mencoba mencairkan uang tersebut kepada beberapa Bank besar di Jawa tengah dan Jakarta. Namun jawaban semua bank-bank tersebut sama, mereka mengatakan bahwa uang yang saya bawa adalah asli (setelah diteliti dan diuji terlebih dahulu oleh pihak bank), akan tetapi mereka tidak dapat mencairkan uang tersebut. Saya heran, mengapa bisa begitu. Selanjutnya saya disarankan untuk mencairkannya di Singapura.

Nekad, saya jual dua motor saya untuk ongkos ke Singapura. Dalam bayangan saya, jika cair saya bisa beli dari sekedar dua motor. Tetapi ada yang aneh dalam perjalanan saya. Mata saya tertipu. Ditiket jelas-selas saya baca tujuannya adalah Batam. Tetapi ternyata hanya berakhir di Palembang. Akhirnya saya harus merogoh kocek saya lagi untuk menyambung perjalanan ke Singapura. Ongkos sudah menipis.

Ditemani oleh seorang rekan saya yang sudah biasa kesana, saya coba mencairkan uang tersebut ke beberapa Bank di Singapura termasuk diantaranya Bank Amerika disana. Lagi-lagi jawabannya sama sebagaimana yang saya terima di Indonesia.

Di tengah keputusan itu seorang kerabat saya yang bekerja disebuah kapal pesiar di Amerika pulang ke Indonesia. Saya perlihatkan uang 1 juta US Dollar kepadanya sekaligus saya ceritakan asal-usulnya. Waktu kembali ke Amerika, dia membawa uang tersebut ke Amerika. Uang tersebut dibawa ke bank yang mengeluarkan uang itu. Pihak bank mengatakan bahwa uang giral tersebut kemungkinan milik salah seorang jutawan amerikan yang hilang. Akan tetapi, mereka tidak bisa memastikan milik siapa uang tersebut. Dan mereka tidak bisa mencairkan uang kecuali oleh bertanda tangan di sertifikat itu sebagai pemilik aslinya. Lalu uang tersebut dikembalikan kepada saya lagi.

Yang jelas, saya bertambah menyesal dan bertaubat setelah kejadian itu. Akhirnya saya berangkat ke tanah suci Mekkah untuk melaksanakan umroh. Penyesalan dan tobat saya semakin mendalam. Ketika saya melakukan tawaf keliling ka’bah. Tiba-tiba sabuk saya jadi kendor. Uang 1 juta US Dollar yang saya letakkan dalam sabuk itu hilang secara misterius. Saya menangis memohon ampun kepada Allah dan bertaubat dengan taubat nasuha. Perasaan bersalah menggedor-gedor dada. Dihadapan baitullah saya amat terasa kecil.

Kemudian, atas saran dari kawan-kawan dan juga atas keinginan saya sendiri, saya memutuskan untuk kuliah di Ummul Quro dan sekolah di Syekh Alwi Al-Maliki di Mekkah.

Terilhami dengan apa yang telah berlaku kepada saya sebelum ini, ketika saya pulang ke tanah air saya langsung membuka pesantren tauhid. Menurut saya, rohnya agama itu adalah tauhid maka saya ingin memperbaiki aqidah ummat.

Setelah saya taubat dan mengubur semua jimat saya, bukan tidak ada halangannya dari jin. Sekali waktu tetangga saya bertanya, ”saya lihat kyai semalam jalan-jalan jam dua tanpa baju, ngodem yi?”
”Oh....ya....ya,” kata saya agak gugup menutupi hal yang sebenarnya tidak saya lakukan semalam. Hanya saja saya khawatir dia berpifkir yang tidak-tidak, maka saya iyakan saja. Semoga jin tidak berulah muncul dalam wajah saya dan melakukan fitnah di masyarakat.

Pertama, saya melarang semua santri untuk mempelajari ilmu-ilmu hikmah. Suatu saat ada santri saya ada yang menghadap saya meminta ilmu jaduk (kebal). Saya bilang kalau di pesantren ini tidak ada ilmu seperti itu. Disini adanya tauhid yang benar. Kalau mau masih cari ilmu seperti itu cari saja di pesantren lain.

Kedua, mengajarkan pelajaran tauhid dengan sebenarnya mulai dari jenjang SLTP. Dan ketiga, mengadakan kegiatan-kegiatan seminar dan ruqyah massal di masyarakat. Bahkan saya berniat mendirikan klinik pengobatan ruqyah syari’yyah sendiri untuk wilayah kemang dan sekitarnya.
Saya sendiri pernah di ruqyah. Dan hasilnya luar biasa. Sebelum saya di ruqyah oleh ustadz ikhwan di ghoib ruqyah syar’iyyah cabang Palembang, saya itu mudah sekali lupa, pusing-pusing dan suka marah. Alhamdulillah sekarang sudah berkurang.

Dan yang jelas, dengan adanya ruqyah syar’iyyah tersebut merupakan suatu usaha untuk memurnikan aqidah ummat serta mengembalikannya ke jalan yang lebih diridhoi oleh Allah. Dan saya juga merasakan bahwa dakwah ini sudah diterima oleh masyarakat serta perubahannya sudah bisa dilihat. Selama 6 tahun saya berdakwah keliling kampung, mengajak ke aqidah murni dan jalan Allah, tetapi tidak ada hasilnya. Sekarang ketika kawan-kawan ghoib melaksanakan dakwah dengan pendekatan ruqyah syar’iyyah dan saya anggap berhasil maka saya mendukung usaha tersebut.

Maka mari maju terus, pantang mundur. Kalau orang berani terang-terangan dan terorganisir melaksanakan kemaksiatan kok kita tidak berani melaksanakan kebaikan. Kalau ada ganjalan dan ada yang tidak suka, anggap itu sebagai sunnatullah dalam perjuangan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar